Sabtu, 10 Oktober 2020
keperawatan gawat darurat
EPILEPSI
Epilepsi, menurut dr. Mohamad Saekhu, SpBS, dari Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM Jakarta, terjadi akibat tidak normalnya aktivitas listrik di otak. Hal ini menyebabkan kejang dan perubahan perilaku dan hilangnya kesadaran. Tanda-tandanya bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu, kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar atau tiba-tiba black out.
Ada dua jenis epilepsi yang dikenal, yaitu epilepsi umum, berupa hilangnya kesadaran, kejang seluruh tubuh hingga mengeluarkan air liur berbusa dan napas mengorok, serta terjadi kontraksi otot yang mengakibatkan pasien mendadak jatuh atau melemparkan benda yang tengah dipegangnya.
Selain itu dikenal epilepsi parsial yang ditunjukkan oleh rasa kesemutan atau rasa kenal pada satu tempat yang berlangsung beberapa menit atau jam. Bisa juga, rasa seperti bermimpi, daya ingat terganggu, halusinasi, atau kosong pikiran. Seringkali diikuti mengulang-ulang ucapan, melamun, dan berlari-lari tanpa tujuan.
Sebagian besar penderita epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Anak yang lahir dari keluarga penderita epilepsi, cenderung menderita epilepsi juga. Selain itu, epilepsi juga bisa disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang mengganggu fungsi otak.
"Epilepsi bisa terjadi karena kelainan bentukan otak (kongenital), infeksi penyakit yang menyebabkan radang otak, adanya tumor di otak, step berulang, gangguan metabolisme, serta ada yang tidak diketahui penyebabnya," kata dr.Saekhu.
Penderita epilepsi sebagian besar memang anak-anak, namun epilepsi juga bisa muncul di usia dewasa. Menurut dr.Hanif Tobing, ahli bedah saraf dari FKUI/RSCM, kasus epilepsi pada orang dewasa biasanya terjadi karena infeksi atau trauma di kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan memar otak.
Bebas kejang
Menurut dr.Saekhu, obat-obatan yang diberikan pada pasien epilepsi tidak langsung menyembuhkan epilepsi, tapi hanya bersifat mengendalikan atau menjarangkan serangan, bahkan menghilangkannya. "Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah bebas kejang," paparnya.
Seorang penyandang epilepsi umumnya memerlukan obat sampai tidak dijumpai lagi serangan dalam jarak waktu tertentu, tergantung dari tipe epilepsi, riwayat epilepsi masa lalu, dan hasil rekaman listrik otak.
Tindakan operasi bisa dilakukan jika pengobatan yang diberikan pada pasien tidak mengurangi keluhan epilepsi. "Di RSCM, tindakan operasi bisa dilakukan jika pemeriksaan MRI menunjukkan ada glioma atau jenis tumor jinak," imbuh dr.Hanafi. Meski sudah dilakukan operasi, namun pasien epilepsi tetap wajib mengonsumsi obat anti kejang. Yang penting diketahui orangtua, epilepsi tidak selalu mengakibatkan kemunduran kecerdasan pada penderita. Anak juga bisa bisa beraktivitas dengan normal seperti anak sehat lainnya asalkan tetap teratur mengonsumsi obat.
TOPIRAMATE
Struktur Topiramate
Topiramate merupakan monosakarida tersubstitusi yang strukturnya berbeda dari semua obat antikejang lainnya.
Formula empiris topiramate adalah C12H21NO8S. Menurut Porter dkk (2001) Berat molekul 339,36. Topiramate berbentuk serbuk kristal putih yang berasa pahit.8 Topiramate paling cepat larut dalam larutan alkaline yang mengandung sodium hydroxyde atau sodium phosphate dan mempunyai pH 9 sampai 10. Topiramate tersedia dalam bentuk tablet dan sprinkle yang bisa dicampur dengan makanan atau minuman.
Tersedia Dosis Bentuk:
• Tablet Tablet
• Capsule Kapsul
Therapeutic Class: Anticonvulsant Terapi Kelas: anticonvulsant
Chemical Class: Fructopyranose Sulfamate Kimia Kelas: Sulfamate Fructopyranose
Kontra indikasi
Kehadiran masalah medis lain dapat mempengaruhi penggunaan topiramate. Kehadiran Masalah Medis lain dapat mempengaruhi penggunaan topiramate. Pastikan Anda memberitahukan dokter jika Anda memiliki masalah medis lainnya, terutama: Pastikan Andari Andari Dokter memberitahukan jika memiliki Masalah Medis Lainnya, terutama:
• Bone masalah (misalnya, osteoporosis) atau Masalah Bone (misalnya, osteoporosis)
• Depresi, sejarah atau depresi, atau Riwayat
• Eye atau masalah penglihatan (misalnya glaukoma) atau Mata penglihatan atau gangguan (misalnya glaukoma)
• Metabolic acidosis (terlalu banyak asam dalam darah), sejarah-Gunakan dengan hati-hati. Asidosis metabolik (BANYAK asam Darah KESAWAN Terlalu), hati Artikel Baru Sejarah-Gunakan-hati. Mungkin membuat kondisi lebih buruk. Mungkin Buruk Membuat lebih kondisi.
• gangguan metabolisme kongenital (lahir dengan penyakit yang mempengaruhi metabolisme)-Gunakan dengan hati-hati. gangguan metabolisme kongenital (penyakit Artikel Baru Lahir Yang mempengaruhi metabolisme) hati Artikel Baru-Gunakan-hati. Dapat meningkatkan risiko efek samping yang lebih serius.
• Dapat meningkatkan risiko Efek Samping
• Diare atau Diare atau
• ketogenic diet (tinggi lemak, rendah protein, diet rendah karbohidrat) atau diet ketogenic (Tinggi Lemak, rendah protein, diet karbohidrat rendah) atau
• Masalah ginjal atau atau Masalah Ginjal
• Paru gangguan pernafasan penyakit atau lainnya atau Penyakit atau Masalah atau paru-paru pernapasan lain
• Status epilepticus (misalnya, keadaan epilepsi di mana Anda memiliki banyak kejang berturut-turut dan tidak mendapatkan kesadaran) atau epilepticus Status (misalnya, keadaan epilepsi di mana Andari memiliki BANYAK kejang dan kesadaran regular tidak berturut-turut mendapatkan) atau
• Pembedahan-Masalah-masalah ini dapat membuat suatu kondisi yang disebut asidosis metabolik terjadi atau membuatnya lebih buruk. Pembedahan Suami-Masalah-Masalah dapat kondisi suatu Membuat Yang disebut asidosis metabolik terjadi atau membuatnya lebih Buruk.
• Penyakit ginjal atau atau Penyakit ginjal
• Penyakit hati-Gunakan dengan hati-hati. Artikel Baru Penyakit hati hati-Gunakan-hati. tingkat darah lebih tinggi dapat mengakibatkan topiramate dan meningkatkan kemungkinan efek samping. Darah Tinggi tingkat lebih dapat mengakibatkan topiramate dan meningkatkan kemungkinan Efek Samping.
Farmakokinetika
Potter dkk (2001) melaporkan topiramate diabsorpsi dengan cepat (sekitar dua jam) dan biovailabilitas sekitar 80%. Tidak ada efek makanan terhadap absorpsi, ikatan dengan protein plasma adalah minimal (15%) dan metabolismenya hanya tingkat menengah (20-50%) ; tidak terbentuk metabolit aktif. Obat ini sebagian besar diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urine. Waktu-paruhnya sekitar 20-30 jam. Meskipun peningkatan kadar di dalam darah terlihat pada gagal ginjal dan gangguan hati, tidak ada efek jenis kelamin atau umur, tidak ada otoinduksi, tidak ada inhibisi metabolisme, dan kinetikanya bersifat linier. Interaksi obat terjadi dan dapat menjadi komplek, tetapi efek utamanya adalah terhadap kadar topiramate daripada terhadap kadar obat antikejang lainnya
Topiramate sebagai terapi tambahan
Elterman dkk (1999) telah melakukan penelitian terhadap efikasi topiramate 6 mg/kgBB/hari pada anak (usia 2 sampai 16 tahun) sebagai terapi tambahan untuk pasien dengan kejang parsial yang tidak terkontrol pada suatu percobaan multisenter, acak, plasebo-kontrol, buta ganda. Hasil penelitian menunjukkan pasien yang diterapi topiramate mempunyai median persentase reduksi kejang yang lebih besar daripada plasebo. Hasil penelitian ini menyimpulkan topiramate aman dan efektif untuk terapi tambahan kejang parsial pada anak.9
Topiramate efektif untuk terapi tambahan untuk kejang parsial pada dewasa. Biton dkk (1999) melaporkan efikasi dan keamanan topiramate sebagai terapi tambahan untuk kejang tonik-klonik umum dalam penelitian acak, terkontrol, buta ganda pada dewasa dan anak-anak. Latar belakang obat yang dipakai diantaranya adalah asam valproat, phenytoin, carbamazepine, lamotrigine, phenobarbital, clonazepam, gabapentin dan primidone. Hasil penelitian selama 20 minggu menunjukkan persentase median reduksi dari dasar adalah 56,7% untuk pasien dengan topiramate dan 9% untuk plasebo. Proporsi dari pasien dengan reduksi kejang tonik-klonik umum sebesar 50% atau lebih pada kejang tonik-klonik umum 56% pada topiramate dan 20% pada plasebo. Hal ini membuktikan topiramate cukup baik ditoleransi dan efektif sebagai terapi tambahan untuk kejang tonik-klonik umum pada anak-anak dan dewasa.
Mikaeloff dkk (2003) melaporkan efikasi dan tolerabilitas topiramate sebagai terapi tambahan pada anak kurang dari 12 tahun dengan epilepsi refrakter sesuai sindrom epilepsi pada suatu penelitian prospektif multisenter. Topiramate efektif pada 50% pasien dari 128 pasien dengan epilepsi parsial dan 44% pada 79 pasien dengan epillepsi general. Pada anak kurang dari 4 tahun, topiramate mempunyai tolerabilitas yang baik. Penelitian Mikaeloff menyimpulkan topiramate efektif dan ditoleransi dengan baik pada anak usia kurang dari 12 tahun pada epilepsi sindrom spektrum luas mencakup epilepsi parsial refrakter dan epilepsi general.
Topiramate pada status epileptikus refrakter
Menurut Meyer dkk (2002) status epileptikus refrakter didefinisikan sebagai kejang yang berlangsung lebih dari 60 menit walaupun telah mendapat pengobatan dengan benzodiazepin dan obat anti kejang standar intravena dosis tinggi yang adekuat atau aktivitas kejang yang persisten setelah mendapat obat anti kejang yang sesuai.12 Appleton dkk (2000) menyatakan sampai saat ini tidak algoritme khusus untuk pengobatan status epileptikus refrakter pada anak.13 Pendekatan telah didasarkan pada pengalaman klinis dan publikasi-publikasi ilmiah yang sedikit. Studi pada dewasa menurut Towne dkk (2003) topiramate dilaporkan efektif untuk penderita status epileptikus refrakter.14 Dua laporan sebelumnya, satu dengan kasus tunggal dan kasus lain berupa laporan seri 6 pasien menunjukkan topiramate cukup efektif pada pasein dewasa dengan status epileptikus refrakter. Kahriman dkk (2003) melaporkan efikasi topiramate pada anak-anak dengan status epileptikus. Hasil penelitian pada 3 kasus dengan penyakit dasar yang berbeda menunjukkan potensial efikasi dari topiramate pada status epileptikus refrakter.15
Topiramate pada sindrom Lennox-Gastaut
Sachdeo dkk (1999) mengemukakan sindrom Lennox-Gastaut adalah sindrom epilepsi berat yang mempunyai karakterisktik tipe kejang yang multipel dan pola EEG yang spesifik. Regresi atau mental retardasi sering terjadi. Sejumlah tipe kejang sering bermanifestasi sebagai tonik, atonik dan kejang absen. Sindrom Lennox-Gastaut biasanya terjadi pada usia 1 sampai 8 tahun. Prognosis biasanya buruk dengan deteriorisasi fungsi mental dan frekuensi kejang yang cukup sering.16 Obat anti epilepsi konvensional banyak yang tidak efektif melawan kejang multipel yang terlihat pada sindrom Lennox-Gastaut. Dua macam anti epilepsi baru felbamate dan lamotrigine, telah menunjukkan efikasi untuk terapi sindrom ini, tetapi mempunyai efek samping yang cukup serius. Karena itu, masih dibutuhkan obat anti epilepsi yang mempunyai kapabilitas mengontrol kejang yang berhubungan dengan sindrom Lennox-Gastaut.17
Sachdeo dkk (1999) melaporkan evaluasi dan efikasi dari topiramate sebagai terapi tambahan pada sindrom Lennox-Gastaut pada suatu penelitian terkontrol, multisenter, buta ganda. Hasil penelitian menunjukkan topiramate sebagai terapi tambahan efektif menurunkan jumlah drop attacks dan serangan kejang mayor dan memperbaiki derajat kegawatan. Pilihan terapi pada sindrom ini terbatas, penurunan frekuensi dari drop attacks yang dipicu oleh topiramate, tanpa toksisitas yang signifikan, mengindikasikan bahwa topiramate merupakan tambahan yang penting untuk penatalaksanaan sindrom Lennox-Gastaut.15
Guerreiro dkk (1999) telah melakukan penelitian topiramate sebagai terapi tambahan untuk sindrom Lennox-Gastaut dengan mengevaluasi efikasi jangka panjang, keamanan, kualitas hidup penderita pada penggunaan jangka panjang topiramate. Hasil penelitian menyimpulkan topiramate berguna sebagai terapi tambahan untuk terapi sindrom Lennox-Gastaut. Efikasi topiramate pada terapi jangka panjang dipertahankan pada lebih dari 40 pasien, keamanan jangka panjang telah dikonfirmasi dan kualitas hidup penderita meningkat.
Topiramate pada sindrom Angelman
Menurut Jiang dkk (1999) sindrom Angelman adalah penyakit neuro-genetik yang ditandai dengan gangguan perkembangan, kelainan bicara, kelainan tingkah laku dan kejang dengan pola EEG yang abnormal. Kejadian di Amerika Serikat kurang lebih 1: 15000 populasi.19. Kejang terjadi pada 80% penderita dan meliputi semua tipe kejang terutama absens, mioklonik, atonik, tonik dan tonik-klonik. Nolt dkk (2003) mengemukakan obat anti kejang yang paling sesuai untuk sindrom Angelman masih dalam perdebatan.
Franz dkk (2000) melaporkan 5 anak dengan sindrom Angelman yang telah diterapi dengan topiramate. Hasil penelitian menunjukkan topiramate efektif dan ditoleransi dengan baik karena efek GABA-ergik. Penelitian lebih jauh diperlukan untuk konfirmasi observasi.
Efek samping topiramate
Gilliam dkk (2003) melaporkan efek samping yang cukup sering berhubungan dengan kelainan sistem saraf diantaranya yakni parestesia. Kejadian batu ginjal lebih banyak terjadi pada dewasa dibanding anak-anak. Tidak ada tanda idiosinkrasi toksisitas organ jangka panjang atau pendek yang dievaluasi dari penggunaan topiramate.
Privitera dkk (2003) dalam penelitiannya melaporkan profil efek samping utama pada pasien yang diterapi topiramate adalah parestesia. Studi ini juga melaporkan keluhan kognitif cenderung untuk dose-related dan terjadi lebih sedikit pada monoterapi, selain itu topiramate tidak berefek pada pertumbuhan. Menurut Gilliam dkk (2003) kebanyakan efek samping cenderung menghilang setelah topiramate ditoleransi dengan baik.
Tabel 3 Efek samping terbanyak selama terapi tambahan dengan topiramate
Topiramate sebagai obat atiepilepsi baru dengan mekanime kerja luas dan efek samping minimal, dapat direkomendasikan sebagai terapi tambahan epilepsi pada anak.
Peran perawat
Dalam pemberian obat-obatan neuro di lapangan pada pasien, penting sekali memperhatikan enam benar pemberian obat, yaitu;
1. Benar nama pasien
2. Benar nama obat
3. Benar dosis obat yang aka diberikan
4. Benar waktu pamberian
5. Benar cara pemberian dan
6. Benar mendokumentasikan
Hal ini sangat penting selalu diingatkan atau dikontrol ulang pada saat obat akan diberikan pada pasien, baik obat yang diberikan secara oral maupun obat yag diberikan secara pareteral. Kondisi- kondisi yang memungkinkan salah dalam memberikan obat adalah :
- salah nama,
karena dalam ruang perawatan tersebut terdapat nama pasien yang sama, hal ini sering merupakan kelalaian petugas, baik tenaga medis maupun perawat, namun sebetulnya walau nama pasien sama tetapi identitas pasien yang
lain seperti nomor register, usia dan kamar atau alamat pasien tetap berbeda.
Salah nama obat, hal ini dapat terjadi pada saat penulisan resep oleh tenaga medis, karena ada beberapa dokter yang cenderung mempunyai pasien lebih dari satu pada bangsal tersebut dan penulisan resep tidak dilakukan pada saat
memeriksa pasiennya, tetapi menulis resep di tempat lain setelah memeriksa seluruh pasien.
- Tidak tepat dosis,
waktu dan cara memberikan obat, tak jarang obat yang harusnya diberikan sesuai dosis dan waktu yang ditentukan, namun karena kelalaian dan kekurang trampilan dari perawat dalam pengaturan waktu serta terbatasnya dana pasien , sering menjadi mundur dosis dan waktu pemberiannya.
Dokumentasi tidak tepat, hal yang masih ditemui di lapangan tidak lengkap dalam menuliskan apa yang sudah dikerjakan pada pasien sebagai dasar kekuatan hukum bagi seorang perawat, bila terjadi hal-hal dikemudian hari, seharusnya
pada saat dokumentasi ditulis secara rinci jenis obat, berapa dosis, cara dan waktu saat pemberian , serta reaksi bila ada setelah pemberian obat tersebut pada status rawat pasien dan harus tercantum siapa nama petugas yang memberikan berikut
paraf atau tanda tangan.
Perawat harus memperhatikan hal berikut :
• Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
• Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
• Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
• Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
DAFTAR PUSTAKA
Prastiya Indra Gunawan, Darto Saharso,Erny,Kelompok Studi Neurodevelopmental
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya,FK UHT/RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
http://www.drugs.com/cons/topiramate.html
http://www.news-medical.net/news/2004/06/14/23/Indonesian.aspx
http://medicastore.com/obat/9590/TOPAMAX_SPRINKLE.html
http://epilepsiindonesia.com/obat-epilepsi/topamax
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.drugs.com/cons/topiramate.html
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/25/1415254/Memahami.Epilepsi
http://berbagi-sehat.com/article/12254/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar